Blog resmi MASJID BAITURRAHIIM Rt 04 Rw 04 Kel. Ledeng Kec. Cidadap Kota Bandung, blog ini merupakan sarana untuk berbagi informasi dan mempererat tali silaturahmi sesama muslim khususnya jamaah masjid Baiturrahim


KONSULTASI KEISLAMAN BERSAMA USTADZ YAHYA BULETIN AN NABA EDISI 64


Sesi konsultasi seputar agama bersama ust. Yahya, bagi kaum muslimin yang memiliki Pertanyaan, kritik dan saran, silahkan kirim  SMS  ke 0822 1867 8377


1. Pa ustad saya mau bertanya. Apakah berpacaran berdosa, tapi karna berpacaran shalat saya jadi giat….082119annaba

Jawab:  ya, berpacaran itu berdosa karena termsuk mendekati zina adapun anda menjadi rajin sholat, terkadang  untu menjerumuskan manusia kepada suatu dosa. Syetan menghiasinya dengan berbagai kebaikan.

2. Ustad bolehkah kita melakukan shalat witir 2x di bulan Ramadhan (sdh tarwih malamnya sholat tahajud) mohon penjelasannya 082122annaba

Jawab: Dalam hadist riwayat abu Daud bahwa Rasulullah mengatakan tidak ada witir 2 kali dalam semalam.

Bagi kaum muslimin yang memiliki Pertanyaan, kritik dan saran, silahkan kirim  SMS  ke 0822 1867 8377

KONSULTASI KEISLAMAN BERSAMA USTADZ YAHYA BULETIN AN NABA EDISI 63


Sesi konsultasi seputar agama bersama ust. Yahya, bagi kaum muslimin yang memiliki Pertanyaan, kritik dan saran, silahkan kirim  SMS  ke 0822 1867 8377


Pa Ustad ini dng hamba Alloh mau Tanya aku punya suami yang punya kebiasaan jelek yaitu suka judi dan taruhan aku sebagai istri sangat kesal, hingga akhirnya aku biarkan aza karena kalau kasih tau ngomel malahan marah, saya mau minta solusinya biar suami tobat serta minta doa biar suami benar-benar taubat wassalam 082115annaba

Jawab: Saudaraku yang dirahmati Alloh, jangan bosan terus menasehatinya tentu tidak sambil marah juga perhatikan sikonnya, jangan baru pulang terus diomelin cari situasi tenang atau kondisi dimana saudaraku bisa  berbicara 4 mata tentu dengan kata-kata yang bijak kemudian jangan lupa terus doakan cari waktu yang mustajab ketika tahajud atau waktu sahur mohon kepada Alloh, juga hati-hati jangan memakan hasil usaha yang tidak halal karena itu sebab tertolaknya do’a. Wallohu a’lam

Bagi kaum muslimin yang memiliki Pertanyaan, kritik dan saran, silahkan kirim  SMS  ke 0822 1867 8377

KONSULTASI KEISLAMAN BERSAMA USTADZ YAHYA BULETIN AN NABA EDISI 57


Sesi konsultasi seputar agama bersama ust. Yahya, bagi kaum muslimin yang memiliki Pertanyaan, kritik dan saran, silahkan kirim  SMS  ke 0822 1867 8377


1. Ustad apakah membicarakasn kebaikan orang lain  termasuk ghibah ?apakah shalat sebelum shalat subuh termasuk shalat fajar/qobla apakah boleh dilaksanakan sebelum adzan subuh boleh tidak?terim”s atas penjelasannya 08531annaba

Jawab:  Bismillah walhamdulillah washolaatu wassalaamu ala rosulillah Wa ba'du membicarakan kebaikan orang lain tidak termasuk gibah malah kalau untuk mencontohkan maka dianjurkan dengan syarat tidak di hadapannya, tapi itupun tidak ada niat macam macam, karena kadang ada sebagian orang menceritakan kebaikan orang lain dengan  maksud mencibir atau mengolok olok. adapun pertanyaan yang kedua bahwa  sholat qobla shubuh maka dilakukan sesudah adzan...karena ketika belum masuk waktu shubuh masih ada waktu kita sholat tahajud atau witir wallohu A'lam

2. Ustad saya heran  seorang tokoh agama (ketua organisasi islam ) membolehkan lady gaga konser di Indonesia “walaupun sejuta lady gaga ke Indonesia warga….tidak akan tergoda keimananya”, bagaimana menurut ustad pernyataan seorang tokoh sekaligus ulama itu 082126annaba

Jawab : ya tidak heran orang ini sudah bukan rahasia lagi sikap nyelenehnya pernah beberapa bulan lalu mengatakan bahwa melihat tayangan porno hanya makruh saja( lihat voa-islam) dan banyak lagi tapi jngan kita kaitkan dengan organisasinya karena itu pendapat pribadinya.. Yang jelas orang semacam ini tidak pantas disebut orang alim apalagi ulama. walaahu a’lam

Bagi kaum muslimin yang memiliki Pertanyaan, kritik dan saran, silahkan kirim  SMS  ke 0822 1867 8377
Pesan Taqwa dari Ramadhan

Pesan Taqwa dari Ramadhan


Buletin An-Naba edisi 64
“Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.”(al-baqarah:183)

Takwa  merupakn target pencapaian dari seluruh ibadah manusia, termasuk puasa ’la’allakum tattaqun’. Pada level  ini, seseorang berada pada zona aman dari gangguan syetan, karena berarti ia mampu mengaplikasikan seluruh petunjuk dan aturan Allah SWT, baik yang terkait dengan perintah maupun larangan-Nya.
Kesadaran merasa selalu diawasi Allah merupakan fondasi sekaligus bekal ketakwaan yang membimbing seseorang ke arah kebaikan Allah SWT berfirman.” Alif Laam Miim. Itulah kitab (al-Qur’an) yang tiada keraguan didalamnya, petunjuk bagi orang yang bertaqwa yaitu mereka yang meyakini hal yang ghaib, mendirikan shalat serta menginfakan sebagian rezki yang kami anugrahkan kepada mereka.”(al-Baqarah:33)
Ramadhan mengingatkan dan memperkuat seseorang dengan sesuatu yang ghaib: pahala yang berlipat ganda, setan dibelenggu, pintu-pintu syurga di buka dan pintu-pintu neraka ditutup, demikian juga keberadaan malam Lailatur Qadar yang lebih baik dari seribu bulan. Dalam memahami hal-hal ini dibutuhkan iman yang mendalam terhadap yang ghaib, dan karakter yang paling menonjol yang disebutkan di awal karakter orang yang bertakwa adalah   “mereka yang mengimani hal-hal yang ghaib” seperti yang disebut pada ayat di atas.
     Implementasi yang konkret dari aktivitas ruhaniah di bulan puasa sangat jelas dari paket amaliah Ramadhan: mengendarikan diri dengan selalu sadar dan sederatan amaliah ibadah lainnya yang justru akan menyuplai dua kekuatan sekaligus yang sangat dibutuhkan setiap insan untuk mempertahankan takwanya, yaitu quwwah nafsiyyah (kekuatan spiritual) dan quwwah khuluqiyah (kekuatan moralitas). Kekuatan spiritual merupakan bukti kedekatannya dengan Allah SWT, manakala kekuatan moralitas merupakan cermin perilaku terpuji sehari-hari.    Menurut Dr. Ali Abdul Halim Mahmud dalam Fiqih Dakwah-nya,  proses meraih dua kekuatan tersebut harus melalui beberapa tahapan, yaitu :
Pertama, proses tathhir, pembersihan diri dari segala dosa dan maksiat

Kedua, proses tajkiyah, yaitu memperkuat diri dengan amal-amal ketaatan.
Ketiga, tarqiyah, yaitu meningkatkan kualitas jiwa hingga mencapai derajat wara’ dalam segala hal.
Manakala untuk meraih kekuatan moralitas, hanya bias dicapai melalui 4 tahapan:
1. Tathhir dengan membersihkan diri dari sikap emosional dan kelas kepala
2. Tazkiyah mensucikan akhlak diri dengan komitmen bersama adab-adab Islam
3. Tarqiyah meningkatkan akhlak dengan mengambil suri teladan dari akhlak Rasulullah saw.
4. Tauthin dan tatsbit pembumian dan pengokohan akhlak islami dalam diri yang tercermin dalam semua keadaan.
     Demikian, Ramadhan sesungguhnya menjanjikan peluang bagi siapapun untuk meningkatkan kualitas spritualnya, jika hal ini tidak bias diraih di bulan yang berkah , akan sangat sukar didapatkan di luar bulan yang baik ini. Rasulullah saw, bersabda, “Barangsiapa yang terhalang dari meraih kebaikan di bulan Ramadhan, maka berarti ia terhalang dari mendapat semua kebaikan untuk selamanya.”
CERITAKANLAH NIKMAT TUHANMU
       Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya ada tiga orang dari Bani Israil yang belang, botak dan buta. Allah bermaksud untuk menguji mereka, maka Allah mengutus malaikat kepada mereka. Malaikat itu datang kepada si Belang dan bertanya, 'Apakah sesuatu yang paling engkau inginkan?' Si Belang menjawab, 'Saya menginginkan paras yang tampan dan kulit yang bagus serta hilangnya penyakit yang menjadikan orang-orang jijik kepadaku.'
   Maka Malaikat itu lantas mengusap si Belang dan seketika hilanglah penyakit yang menjijikkannya itu serta ia di beri paras yang tampan dan kulit yang bagus. Malaikat itu bertanya lagi, 'Harta apakah yang paling kau senangi?' Si Belang menjawab, 'Unta,' (atau ia mengatakan, 'Sapi.' Perawi ragu-ragu antara unta dan sapi, sebab orang yang belang dan botak, satunya minta unta, yang lainnya minta sapi). Kemudian ia diberi unta yang sedang bunting sepuluh bulan, dan malaikat tadi berkata, 'Semoga Allah memberi berkah dan rahmat atas apa yang kau terima.'
    Kemudian Malaikat itu datang kepada Si Botak dan bertanya, 'Apakah sesuatu yang paling kau inginkan?' Si Botak menjawab, 'Rambut yang rapi dan hilangnya penyakit yang menjadikan orang-orang jijik kepadaku ini.' Malaikat lantas mengusap Si Botak dan seketika hilanglah penyakitnya serta tumbuh rambut yang rapi sebagai gantinya. Malaikat itu bertanya lagi, 'Harta apakah yang paling kau senangi?' Si Botak menjawab, 'Sapi.' Kemudian ia diberi sapi yang sedang bunting, dan malaikat tadi berkata, 'Semoga Allah memberi berkah dan rahmat atas apa yang kau terima.'
     Kemudian Malaikat itu datang kepada Si Buta dan bertanya, 'Apakah sesuatu yang paling kau inginkan?' Si Buta menjawab, 'Allah mengembalikan penglihatanku sehingga aku dapat melihat orang-orang.' Malaikat lantas mengusap si Buta dan Allah mengembalikan penglihatannya kepada si Buta. Malaikat itu bertanya lagi, 'Harta apakah yang paling kau senangi?.' Si Buta menjawab, 'Kambing.' Kemudian ia diberi kambing yang sedang bunting.
Lama kelamaan unta, sapi dan kambing berkembang biak dan unta tersebut memenuhi satu lapangan, begitu pula sapi dan kambing, masing-masing memenuhi satu lapangan.
Pada suatu waktu malaikat datang kepada si Belang dan menyamar sebagai orang yang berpenyakit belang seperti keadaannya semula sambil berkata, 'Saya adalah seorang miskin dan telah kehabisan bekal di tengah perjalanan ini dan sampai hari ini tidak ada harapanku kecuali kepada Allah azza wajalla kemudian kepadamu. Saya benar-benar meminta pertolongan kepadamu dengan menyebut Dzat yang telah memberi engkau paras yang tampan dan kulit yang halus serta harta kekayaan. Saya meminta kepadamu seekor unta untuk bekal melanjutkan perjalanan saya.' Si Belang berkata, 'Hak-hak yang harus saya berikan masih banyak (saya tidak bisa membekali apa-apa).'
Malaikat itu berkata, 'Kalau tidak salah saya pernah kenal denganmu, bukankah kamu dulu orang yang mempunyai sakit belang dan orang-orang jijik kepadamu, dan bukanlah kamu dulu orang yang miskin lalu Allah memberi rahmat kepadamu?'
Si Belang berkata, 'Sesungguhnya saya mempunyai harta kekayaan ini dari nenek moyang.' Malaikat berkata, 'Jika kamu berdusta maka semoga Allah mengembalikanmu seperti keadaanmu semula.'
Kemudian malaikat itu datang kepada si Botak dengan menyerupai orang yang berpenyakit Botak seperti keadaan si Botak waktu itu, dan berkata seperti apa yang dikatakannya kepada si Belang. Si Botak juga menjawab seperti si Belang; kemudian malaikat itu berkata, 'Jika kamu berdusta, semoga Allah menjadikan kamu seperti keadaanmu semula.'
     Malaikat melanjutkan perjalanannya ke tempat si Buta dengan menyerupai orang yang buta seperti keadaan si Buta waktu itu, dan berkata, 'Saya adalah seorang miskin, saya telah kehabisan bekal di tengah-tengah perjalanan ini dan tidak ada lagi harapanku kecuali kepada Allah kemudian kepadamu. Saya benar-benar minta pertolongan kepadamu dengan menyebut Dzat yang telah mengembalikan penglihatanmu, yaitu saya meminta satu ekor kambing untuk bekal di dalam melanjutkan perjalanan saya.'
Si Buta menjawab, 'Saya dulu adalah orang buta kemudian Allah mengembalikan penglihatan
saya. Dan dulu miskin, kemudian Allah memberi kekayaan seperti ini. Maka ambillah apa yang kau inginkan. Demi Allah sekarang saya tidak akan memberatkan sesuatu kepadamu yang kau ambil karena Allah.'    Malaikat itu berkata, 'Peliharalah harta kekayaanmu, sebenarnya kamu hanyalah diuji dan Allah benar-benar ridha terhadap kamu dan Allah telah memurkai kedua kawanmu'."
Subhanallah, 70 Ribu Warga Italia Masuk Islam
ROMA— Uni Komunitas Islam Italia (UCOI) menyatakan sebanyak 70 ribu warga Italia memeluk Islam. Menurut UCOI, meningkatnya jumlah warga Italia memeluk Islam karena krisis ekonomi dan nilai yang dialami mereka.
“Saat ini, begitu banyak warga Italia yang menghubungi kami untuk bertanya tentang Islam. Fakta ini benar-benar positif,” kata dia seperti dikutip agi.it, Ahad (6/5).
Menurut Izzedine, saat ini tercatat 150 ribu muslim berkewarganegaraan Italia dari satu juta penduduk muslim. “Dari data itu, dapat dipahami ada terjadi kejutan yang tak terduga. Alhamdulillah,” kata dia.
Bila dibanding dengan negara-negara Eropa lain, imigran Italia relatif pendatang baru, dan negara tersebut masih berjuang untuk menyesuaikan dengan populasi asing yang makin berkembang. Jika model Perancis, imigran berintegrasi melalui perilaku warga negara, dan di Inggris mengadopsi multikulturalisme dengan hasil majemuk, Italia masih terlihat tak mampu memutuskan bentuk paling sesuai.
Kebijakan pemerintah cenderung menyokong represif ketimbang integrasi. Setelah Senat Italia meloloskan undang-undang yang memperketat kebijakan imigrasi bulan lalu, Familia Cristiana salah satu majalah Katholik Roma berpengaruh menuduh Italia mencemplungkan diri dalam "samudera aturan berbau rasis", tak beda dengan serangkaian aturan anti-Semit yang diloloskan pada pemerintah 1938 silam.
"Italia tidak memilih model spesifik dan juga bagaimana negara ini menghadapi Islam," ujar Farian Sabahi, seorang guru besar sejarah negara Islam di Universitas Turin dan editor untuk Milan Daily Corriere della Sera, yang juga menulis buku Muslims di Eropa. "Hal ini masih bukan prioritas utama pemerintah, dan itu sangat memalukan karena berlawanan dengan apa yang coba dilakukan negara Eropa lain," imbuhnya.[Sumber: www.republika.co.id]


Sedekah Di Bulan Ramadhan

Sedekah Di Bulan Ramadhan


Buletin An-Naba edisi 63

Hari-hari di awal bulan ramadhan pun dilewati dengan senyum dan harapan yang semakin berbunga seraya berkata,”mudah-mudahan omset jualan tahun ini makin besar”. Maklum kami adalah keluarga yang bermata pencaharian sebagai pedagang baju di sebuah pasar tradisional di kota Bandung. dalam berdagang, kami bertindak sebagai distributor  barang yang dalam teknisnya mengambil barang dari suplier terlebih dahulu lalu membayar kemudian.

Tibalah pada satu hari yang tanpa disangka dan tersirat pada benak kami, bahwa  disaat harapan kami begitu besarnya pada ramadhan kali ini akan keberkahan rizki-Nya. akan tetapi, seketika  harapan ini pupus dan pudar  karena pada hari itu, tiba-tiba  kami di datangi  oleh suplier barang tapi anehnya dari kejauhan  sudah terlihat gelagat yang berbeda dan janggal. ternyata, setiba di toko kami sang suplier itu dengan ketus dan dengan kata serta nada suara yang menginimidasi menyaakan bahwa kami harus menegembalikan seluruh barang yang kami bawa dari suplier tersebut karena ia mendengar dan melihat kami memajang barang yang berasal bukan dari perusahaan suplier tersebut.  serentak kami tertegun kaget dan membisu karena barang dari suplier itu
SYIRIK Dosa yang Tidak Diampuni oleh Allah

SYIRIK Dosa yang Tidak Diampuni oleh Allah

buletin an-naba edisi 62


Syirik adalah memberikan sesuatu yang merupakan hak Allah kepada selain Allah, seperti meyakini ada pemberi rizki lain selain Allah atau menyembelih untuk selain Allah. Syirik ini patut diwaspadai dan ditakuti, karena bahayanya besar sekali dan merugikan, dunia dan akhirat. Di antara bahaya syirik adalah:
Dosa yang Tidak Diampuni oleh Allah
   Bila pelakunya membawanya mati, yakni semasa hidup dia tidak bertaubat darinya, sebagaimana Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya.” (An-Nisa`: 48).  Ibnu Katsir berkata, “Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Dia “tidak akan mengampuni dosa syirik,” yakni Dia tidak mengampuni seorang hamba yang kembali kepadaNya sebagai musyrik. “dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari syirik bagi siapa yang dikehendakiNya.” Yakni dosa-dosa kepada hamba-hambaNya yang Dia kehendaki.”
   Jelaslah dengan ayat ini bahwa syirik adalah dosa terbesar, karena Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Dia tidak mengampuninya bagi siapa yang tidak bertaubat darinya, adapun dosa-dosa selainnya, maka ia termasuk ke dalam kehendak Allah, jika Dia berkehendak maka Dia mengampuni pelakunya yang kembali kepadaNya dengannya, jika Dia berkehendak maka Dia mengazabnya.
  Hal ini mengharuskan seorang hamba agar sangat takut kepada syirik di mana perkaranya di sisi Allah adalah demikian, karena ia perkara terburuk, kezhaliman paling zhalim, penghinaan terhadap Rabb alam semesta, memberikan hak murniNya kepada selainNya dan menyandingkan selainNya denganNya.
Khalifah UTSMAN BIN ‘AFFAN Radhiallahu ‘Anhu (Wafat 35 H)

Khalifah UTSMAN BIN ‘AFFAN Radhiallahu ‘Anhu (Wafat 35 H)


Nama lengkapnya adalah ‘Utsman bin Affan bin Abi Ash bin Umayah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf al Umawy al Qurasy, pada masa Jahiliyah ia dipanggil dengan Abu ‘Amr dan pada masa Islam nama julukannya (kunyah) adalah Abu ‘Abdillah. Dan juga ia digelari dengan sebutan “Dzunnuraini”, dikarenakan beliau menikahi dua puteri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yaitu Ruqayah dan Ummu Kaltsum. Ibunya bernama Arwa’ bin Kuraiz bin Rabi’ah bin Habib bin ‘Abdi Syams yang kemudian menganut Islam yang baik dan teguh.


Keutamaannya

Imam Muslim telah meriwayatkan dari ‘Aisyah, seraya berkata, ”Pada suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang duduk dimana paha beliau terbuka, maka Abu Bakar meminta izin kepada beliau untuk
Amirul Mukminin ‘UMAR BIN AL-KHATHTHAB Radhiallahu ‘Anhu

Amirul Mukminin ‘UMAR BIN AL-KHATHTHAB Radhiallahu ‘Anhu



Nama lengkapnya adalah Umar bin Khaththab bin Nufail bin Abdul Izzy bin Rabah bin Qirath bin Razah bin Adi bin Ka’ab bin Luay al-Quraisy al-‘Adawy. Terkadang dipanggil dengan Abu Hafash dan digelari dengan al-Faruq. Ibunya bernama Hantimah binti Hasyim bin al-Mughirah al-Makhzumiyah.


Awal Keislamannya

Umar masuk Islam ketika para penganut Islam kurang lebih sekitar 40 (empat puluh) orang terdiri dari laki-laki dan perempuan.
Ahli Ibadah & Seorang Perempuan  buletin an-naba edisi 61

Ahli Ibadah & Seorang Perempuan buletin an-naba edisi 61


    Diriwayatkan dari Abu Dzar radhiallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Salah seorang ahli ibadah pada masa Bani Israil selalu beribadah kepada Allah di rumah ibadahnya selama 60 tahun. Suatu ketika, hujan turun membasahi bumi sehingga menjadi hijau subur. Kemudian, ahli ibadah itu keluar dari rumah ibadahnya sambil berbisik, 'Sekiranya aku turun dari padepokan ini kemudian memperbanyak dzikir tentulah kebaikanku bertambah.'
    Lalu ia turun dari padepokan dengan membawa satu atau dua potong roti. Ketika ia berjalan-jalan, tiba-tiba ia bertemu dengan seorang perempuan. Lalu dia mulai bercakap-cakap dengan perempuan tersebut, si perempuan juga nampak asyik ngobrol dengannya sehingga tanpa diduga ahli ibadah tadi terlena dan berzina dengannya. Lelaki ahli ibadah itu pingsan, kemudian ia menceburkan diri ke danau untuk mandi.
Rupanya datang seorang peminta-minta, memberi isyarat kepadanya untuk meminta 2 atau 1 potong roti tersebut. Kemudian lelaki ahli ibadah itu mati.
    Selanjutnya, pahala amal ibadah yang dikerjakan selama 60 tahun itu ditimbang dengan dosa perbuatan zinanya, ternyata dosa zinanya lebih berat. Kemudian 1 atau 2 potong roti tadi ditimbang dengan amal kebaikan lelaki ahli ibadah tersebut, hasilnya adalah lebih berat kebaikannya, maka dosa lelaki tersebut diampuni Allah." [1]
Pelajaran Yang Dapat Dipetik:
1. Umat sebelum Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam diperbolehkan memisahkan diri dari masyarakat untuk beribadah, menghindari pergaulan dan tidak mendekati wanita (istri).

2. Dengan sebab banyak memikirkan dan merenungkan ayat-ayat Allah dan penciptaannNya, iman, pengetahuan dan mahabbah seseorang dapat bertambah.
3. Terkadang setan mendekati seorang hamba dengan cara memberi nasehat, amar ma’ruf dan berbuat kebaikan.
4. Bahaya perempuan penggoda lelaki, sesungguhnya ia adalah jerat-jerat setan.
5. Zina merupakan dosa besar.
[1] HR. Ibnu Hibban, 820.

LAKI-LAKI PEMILIK ANJING
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Ketika seorang laki-laki sedang dalam perjalanan, ia kehausan. Ia masuk ke dalam sebuah sumur yang curam, lalu minum di sana. Kemudian ia keluar. Tiba-tiba ia mendapati seekor anjing di luar sumur yang sedang menjulurkan lidahnya dan menjilat-jilat tanah lembab karena kehausan. Orang itu berkata, 'Anjing ini telah merasakan apa yang baru saja saya rasakan.'
Kemudian ia kembali turun ke sumur dan memenuhi sepatunya dengan air lalu membawanya naik dengan menggigit sepatu itu. Sesampainya di atas ia minumi anjing tersebut. Karena perbuatannya tadi Allah berterimakasih kepadanya dan mengampuni dosanya."
Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah kalau kami mengasihi binatang kami mendapatkan pahala?" Beliau bersabda, "Berbuat baik kepada setiap makhluk pasti mendapatkan pahala." [1]
PELAJARAN YANG DAPAT DIPETIK:
1. Anjuran untuk senantiasa ihsan (berbuat baik) kepada hewan yang jinak yang tidak diperintahkan untuk membunuhnya.
2. Diperbolehkan bepergian seorang diri tanpa membawa bekal perjalanan jika ia tidak khawatir dengan keselamatan dirinya yakni dari serangan musuh maupun mati kelaparan.
3. Rahmat Allah sangat luas. Dia membalas dengan karunia yang sangat banyak padahal orang itu hanya melakukan kebaikan yang sedikit.
4. Diperbolehkan menggali sumur atau sejenisnya di tempat-tempat umum untuk kemaslahatan bersama.
5. Diperbolehkan berbuat baik sekali pun kepada orang musyrik.
[1] HR. al-Bukhari, 2363; Muslim, 2244.
[Sumber: Sittuna Qishshah Rawaha an-Nabi wash Shahabah al-Kiram, Muhammad bin Hamid Abdul Wahab, edisi bahasa Indonesia: "61 KISAH PENGANTAR TIDUR Diriwayatkan Secara Shahih dari Rasulullah dan Para Sahabat", pent. Pustaka Darul Haq, Jakarta]
Betapa Miskinnya Kita
Suatu ketika seseorang yang sangat kaya mengajak anaknya mengunjungi sebuah kampung dengan tujuan utama memperlihatkan kepada anaknya betapa orang-orang bisa sangat miskin. Mereka menginap beberapa hari di sebuah daerah pertanian yang sangat miskin.

Pada perjalanan pulang, sang Ayah bertanya kepada anaknya.'Bagaimana perjalanan kali ini?'

'Wah, sangat luar biasa Ayah.' sahut anaknya.

'Kau lihatkan betapa manusia bisa sangat miskin.' kata ayahnya.

'Oh iya.' kata anaknya.

'Jadi, pelajaran apa yang dapat kamu ambil?' tanya ayahnya.

Kemudian si anak menjawab, 'Saya saksikan bahwa kita hanya punya satu hewan peliharaan, mereka punya empat. Kita punya kolam renang yang luasnya sampai ke tengah taman kita dan mereka memiliki telaga yang tidak ada batasnya. Kita mengimpor lentera-lentera di taman kita dan mereka memiliki bintang-bintang pada malam hari. Kita memiliki patio sampai ke halaman depan, dan mereka memiliki cakrawala secara utuh. Kita memiliki sebidang tanah untuk tempat tinggal dan mereka memiliki ladang yang melampaui pandangan kita. Kita punya pelayan-pelayan untuk melayani kita, 
tapi mereka melayani sesamanya. Kita membeli untuk makanan kita, mereka menumbuhkannya sendiri. Kita mempunyai tembok untuk melindungi kekayaan kita dan mereka memiliki sahabat-sahabat untuk saling melindungi.'
Mendengar hal ini sang Ayah tak dapat berbicara. Kemudian sang anak menambahkan, 'Terima kasih Ayah, telah menunjukkan kepada saya betapa miskinnya kita.' ***

Kadang-kadang kita sering melupakan apa yang telah kita miliki dan terus memikirkan apa yang tidak kita punya. Apa yang dianggap tidak berharga oleh seseorang ternyata merupakan dambaan bagi orang lain. Semua ini tergantung dari cara pandang seseorang. Mungkin akan lebih baik jika kita bersyukur kepada Allah sebagai rasa terima kasih kita atas semua yang telah disediakan untuk kita daripada kita terus menerus khawatir untuk meminta apa yang belum kita miliki. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang bersyukur. Aamiin. (Unknown - Icha Rochimin) Sumber: Bunga Rampai 11


Ma’rifatullâh, Satu-satunya Jalan Menjadi Hamba Allâh   buletin An-naba edisi 60

Ma’rifatullâh, Satu-satunya Jalan Menjadi Hamba Allâh buletin An-naba edisi 60


Ma’rifatullah, yang secara bahasa berarti mengenal Allâh Ta'âla, termasuk istilah yang sudah familier di tengah kaum Muslimin. Karena semua yang beriman sepakat meyakini bahwa mengenal Allâh Ta'âla dan mencintai-Nya merupakan kewajiban dan tuntutan yang paling utama dalam Islam. Bahkan para Ulama Ahlus Sunnah selalu mengidentikkan istilah ma’rifatullâh dengan kesempurnaan iman dan takwa kepada Allâh Ta'âla.

Allâh Ta'ala berfirman:

Sesungguhnya yang takut kepada Allâh diantara hamba-hamba-Nya,  hanyalah orang-orang yang berilmu (mengenal Allâh Ta'âla)”  (QS. Fâthir/35:28)

Imam Ibnul Qayyim rahimahullâh berkata:

“Semakin bertambah pengenalan seorang hamba tentang Allâh, maka semakin bertambah pula rasa takut dan pengagungan hamba tersebut kepada-Nya…, yang kemudian pengenalannya ini akan mewariskan rasa malu, pengagungan, pemuliaaan, serta merasa selalu diawasi oleh Allâh Ta'âla, dan menumbuhkan kecintaan, tawakal, selalu kembali, serta ridha dan tunduk kepada perintah-Nya.”

Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullâh berkata :

“Semakin banyak pengenalan seseorang tentang Allâh, maka rasa takutnya kepada Allâh pun semakin besar, yang kemudian rasa takut ini menjadikan dirinya (selalu) menjauh dari perbuatan-perbuatan maksiat dan (senantiasa) mempersiapkan diri untuk berjumpa dengan Dzat yang ditakutinya (yaitu Allâh Ta'âla ).”

Ahlus sunnah wal jama’ah meyakini dan menetapkan bahwa ma’rifatullâh yang benar adalah mengenal Allâh Ta'âla dengan mengenal nama-nama-Nya yang maha indah, sifat-sifat-Nya yang maha sempurna dan perbuatan-perbuatan-Nya yang maha terpuji, sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat-ayat al-Qur’ân dan hadits-hadits yang shahih dari Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam, tanpa tahrîf (menyelewengkan maknanya yang benar), ta’thîl (menolak/mengingkarinya), takyîf (membagaimanakannya) dan at-tamtsîl (menyerupakannya dengan makhluk).

Imam Ahmad bin Hambal rahimahullâh berkata :

“Kita tidak boleh menyifati Allâh Ta'âla kecuali dengan sifat yang Dia tetapkan untuk diri-Nya (dalam al-Qur’ân) dan yang ditetapkan oleh rasul-Nya (dalam hadits-hadits yang shahih), kita tidak boleh melampaui al-Qur’ân dan hadits.”

Imam Ibnul Jauzi rahimahullâh berkata, “Sesungguhnya ma’rifatullâh (yang benar) adalah mengenal zat-Nya, mengenal nama-nama dan sifat-sifat-Nya, serta mengenal perbuatan-perbuatan-Nya.”



Jadi dengan memahami nama-nama dan sifat-sifat Allâh Ta'âla dengan benar, seseorang bisa mengenal Allâh (ma’rifatullâh) dengan benar. Ma’rifatullâh yang benar akan menimbulkan rasa cinta (al-mahabbah) dan rasa takut yang merupakan landasan ibadah kepada Allâh Ta'âla.



Mahabbatullah (rasa cinta kepada Allâh Ta'âla ) dan rasa takut kepada Allâh Ta'âla tidak mungkin bisa diraih tanpa mengenal Allâh Ta'âla. Maka orang yang tidak memiliki ma’rifatullah (mengenal Allâh) yang benar, tidak mungkin bisa beribadah dengan benar kepada-Nya, padahal beribadah kepada Allâh Ta'âla adalah tugas utama manusia.

Allâh Ta'âla berfirman:

Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusiakecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku (QS. adz-Dzâriyât/51:56)



Imam Ibnul Qayyim rahimahullâh berkata :

“Barangsiapa yang mengenal Allâh Ta'âla (yaitu) dengan mengenal nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya maka dia pasti akan mencintai-Nya.”



Mengenal Allâh Ta'âla adalah dengan merenungkan dan mempelajari ayat syar’iyah dengan nash-nash yang shahih, juga dengan memperhatikan dan merenungi keberadaan dan keadaan alam semesta beserta semua makhluk Allâh Ta'âla yang ada di dalamnya, termasuk merenungi apa-apa yang ada pada diri kita sendiri. Semua itu merupakan tanda-tanda kemahakuasaan-Nya dan bukti kesempurnaan ciptaan-Nya.

Allâh Ta'âla berfirman: Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allâh Ta'âla)  bagi orang-orang yang yakin,  dan (juga) pada dirimu sendiri,  maka apakah kamu tidak memperhatikan?”  (QS. adz-Dzâriyât/51:20-21)

Itulah ma’rifatullâh dan urgensinya yang terkait langsung dengan tugas utama manusia yaitu beribadah kepada Allâh Ta'âla. Cara (mengenal Allâh) yang benar pun sudah begitu gamblang dijelaskan oleh para Ulama’, namun ada juga cara-cara keliru yang dilakukan oleh sebagian orang dalam rangka mengenal Allâh Ta'âla. Akibatnya, kesesatan dan penderitaan menjadi bagian tak terpisahkan dari hidupnya.



Kini tinggal pribadi masing-masing untuk memilih jalan. Jika benar yang dipilih, dengan ijin Allâh Ta'âla, kebahagiaan dunia dan akhirat akan menjadi haknya. Semoga Allâh Ta'âla senantiasa membimbing kita untuk tetap berada pada jalan haq yang berujung pada kebahagiaan.

(Tajuk: Majalah As-Sunnah Edisi 02/Tahun XVI)



Menjadi Hamba Allâh Ta'âla Dengan Sesungguhnya





 Tugas inti seorang manusia adalah beribadah kepada Allâh al-Khâliq (Yang Maha Pencipta).

Allâh Ta'âla berfirman :Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia

melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku

(Qs. ad-Dzâriyât/51:56)

Untuk membantu manusia dalam merealisasikan tugas inti ini, Allâh Ta'âla menurunkan kitab-kitab-Nya (Lihat QS. an-Nahl/16:2) dan mengirimkan para rasul-Nya (Lihat QS. al-Anbiya’/21:25).

  Tugas utama ini lazim disebut ubûdiyyah (penghambaan diri). Ubûdiyyah ini tidak bersifat parsial dan tidak hanya berupa ibadah-ibadah di masjid saja. Cakupan ubûdiyyah sangatlah luas, seluas makna ibadah. Karena ibadah adalah sebuah ungkapan yang mencakup semua yang dicintai dan diridhai Allâh Ta'âla baik berupa perkataan dan perbuatan, yang lahir maupun batin. Artinya, seluruh aktifitas yang tidak terlarang yang dikerjakan oleh seseorang bisa bernilai ibadah, bila dilandasi niat ikhlas dan harapan mendapatkan pahala. Inilah ‘pekerjaan’ inti manusia di dunia, menghambakan diri kepada Allâh, Dzat yang telah menciptakan dirinya dan alam semesta beserta isinya.

  Orang yang taat dan patuh menjalankan ibadah-ibadah fardhu atau sunnah dan mengikhlaskan seluruh aktifitas hariannya kepada Allâh Ta'âla dalam rangka mengharap ridha-Nya, berarti dia telah menjadikan semua kesibukan sebagai sarana untuk mendekatkan diri-Nya kepada Allâh Ta'âla. Dengan demikian, ia betul-betul menjadi ‘abdullâh (hamba Allâh) gelar terbaik bagi manusia di hadapan-Nya. Pintu-pintu yang mengantarkan seorang hamba menuju tangga terbaik tersebut, sudah dijelaskan oleh Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam.

  Setiap saat ada ibadah yang bisa dilakukan seorang hamba, sehingga rentang waktu 24 jam pun akan sangat produktif bila dihabiskan untuk urusan ubûdiyyah kepada Allâh Ta'âla. Namun itu bukan suatu hal yang mudah. Banyak rintangan dan halangan menuju gerbang ubûdiyyah. Rintangan itu, ada yang bersifat internal, seperti kebodohan (jahâlah) dan hawa nafsu yang menyeret manusia sehingga terbuai dan terjerat oleh kenikmatan maksiat sesaat dan ada juga yang bersifat eksternal, misalnya kawan yang buruk dan bujuk rayu setan.

  Karenanya permohonan kepada Allâh Ta'âla agar kita dibantu dalam mewujudkan ubûdiyyah kepada Allâh Ta'âla adalah sebuah keniscayaan. Renungkanlah doa yang diajarkan oleh Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam kepada Mu’adz bin Jabal radhiyallâhu' anhu agar dibaca setiap selesai shalat :

Wahai Rabb-ku bantulah aku agar senantiasa berdzikir kepada-Mu,

bersyukur kepada-Mu dan beribadah dengan baik kepada-Mu.

Permohonan yang singkat ini mencakup isti’ânah (permohonan tolong) kepada Allâh Ta'âla agar diberi kemampuan untuk menjalankan ibadah dengan hati seperti bersyukur, dengan lisan seperti dzikir dan anggota badan.

  Kesabaran dalam menjalankan ibadah juga merupakan faktor penting keberhasilan seseorang dalam mewujudkan dan menjaga kontinuitas penghambaan dirinya kepada Allâh Ta'âla. Allâh Ta'âla berfirman, yang artinya, “Rabb (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka beribadahlah kepada-Nya dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya.” (QS. Maryam/19:65)

Dalam ayat ini perintah beribadah diiringi dengan perintah agar bersabar.

Jika usaha keras, doa dan kesabaran dalam menjalankan ibadah sudah ada dan bersinergi pada diri seseorang, maka segala rintangan akan bisa dilewati bi idznillâh. Sungguh beruntung orang yang seperti ini. Dia akan terus beribadah. Dia akan menjadikan segala waktu dan aktifitasnya bernilai ibadah. Renungkanlah perkataan salah seorang shahabat Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam :Dari tidurku aku mengharapkan (bisa meraih) apa yang aku harapkan (bisa diraih) dari shalat malamku. (Muttafaqun ‘alaih)



Sebaliknya, alangkah ruginya orang yang terpedaya dengan kemilau dunia dan keindahan semu yang ditawarkan nafsu syahwat. Kelalaian ini akan ditebus dengan kesengsaraan yang teramat berat dan menyakitkan. Karena tanpa disadari, dia telah menghambakan dirinya kepada setan yang telah bersumpah dihadapan Allâh Ta'âla untuk menghalangi manusia dari beribadah kepada Allâh Ta'âla.



Semoga Allâh Ta'âla melindungi kita semua dari segala tipu daya setan yang terkutuk. Dan semoga Allâh Ta'âla senantiasa memberikan hidayah dan pertolongan kepada kita semua untuk merealisasikan arti ubûdiyyah kepada Allâh Ta'âla dalam kehidupan kita sehari-hari. (Tajuk: Majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XIV)





Seorang pekerja pada proyek bangunan memanjat ke atas tembok yang sangat tinggi. Pada suatu saat ia harus menyampaikan pesan penting kepada teman kerjanya yang ada di bawahnya.

Pekerja itu berteriak-teriak, tetapi temannya tidak bisa mendengarnya karena suara bising dari mesin-mesin dan orang-orang yang bekerja sehingga usahanya sia-sia saja.

Oleh karena itu untuk menarik perhatian orang yang ada di bawahnya, ia mencoba melemparkan uang logam di depan temannya. Temannya berhenti bekerja, mengambil uang itu lalu bekerja kembali. Pekerja itu mencoba lagi, tetapi usahanya yang kedua pun memperoleh hasil yang sama. Tiba-tiba ia mendapat ide. Ia mengambil batu kecil lalu melemparkannya ke arah orang itu.

Batu itu tepat mengenai kepala temannya, dan karena merasa sakit, temannya menengadah ke atas, Sekarang pekerja itu dapat menjatuhkan catatan yang berisi pesannya.

Allah kadang-kadang menggunakan cobaan-cobaan ringan untuk membuat kita menengadah kepadaNya. Seringkali Allah melimpahi kita dengan rahmat, tetapi itu tidak cukup untuk membuat kita menengadah kepadaNya.

Karena itu, agar kita selalu mengingat kepadaNya, Allah sering menjatuhkan “batu kecil” kepada kita


Back To Top